Kamis, 29 Juli 2010

Konsisten Itu Sulit, Bung!

Hhahahaha! Seperti judul!
Konsisten itu sulit. Seperti yang aku alami saat menjalani tekat untuk melupakan dia. 
Wek..susah ya menjadi konsisten.
Padahal baru 3 bulan terakhir ini, tapi adaaa saja halangannya.
Mulai dari urusan FB berusaha untuk menghapusnya dari pertemanan, tapi teteup aja dia yang mengADD, sampai SMS klasik jadul..."met bo2" ... MALAS dengernya.

YUP!
Kesulitan utama dalam sebuah konsistensi itu ya rasa .
Rasa yang terlalu banyak untuk melewati garis hidup.

Pembelaanku...khan capek kalo selalu ditarik ulur hatiku bung! Rasanya ingin cepat-cepat menghilang dari kehidupanmu daripada harus selalu menunggu kau menyatakan cinta.

*PLAK*
Sebuah tamparan keras di otak, benak, dan hatiku.
Kamu itu sebenarnya sayang dia atau tidak? Tanya suara hatiku.

Hmmm..bener yah..kalau aku sayang dia, seharusnya rasa itu selalu dipertahankan. Jangan mau kalah dengan orang lain. Bagaimana mau bisa mendapatkan hatinya?

Hiks..aku itu paling sulit kalau harus berharap terus tanpa ada jawaban.
Entah mengapa, sedari dulu, sudah bosan menunggu dia, sampai-sampai selalu dia yang menjadi cinta sejatiku dan tak pernah bisa membuka hati untuk orang lain.
Baik jalan hidup yang beda, atau pemikiran kita yang beda. Mungkin karena itulah aku senang sekali menunggu dia.
Karena aku tahu bahwa setiap akan bertemu dengan dia aku akan jatuh cinta dan memaafkannya.

Naahh!
Dalam sebuah hati itu juga perlu sebuah konsistensi.
Baik itu konsistensi dalam mencintai dia, ataupun tekat membenci dia. Konsistensi untuk saling mendukung untuk mengambil sebuah keputusan, atau konsistensi untuk tetap penuh dengan rasa walau sudah menyebalkan.
Soalnya saat konsistensi itu hilang, atau berkurang, biasanya rasa sayang mulai semakin betah menetap. Hohoho...yoa..rasa itu udah bukan ngekost atau nyewa lagi. Tapi sudah permanent resident. Hehehe. :)

Gimana dong?

Naah..gimananya itu yang akupun masih belum pinter.
Ibarat anak sekolah, aku kan masih belajar jugaa, masih suka kalah sama rasa sayang dan akhirnya tidak menjadi konsisten.

Tapi hari ini..cah elaah..malam ini..aku bertekat untuk belajar menjadi konsisten.
Setidaknya dalam semangat untuk menjadi lebih baik, semangat untuk terus menyayangi dia sampai janur kuning melengkung.

Tapi ada satu hal yang mungkin harus aku coba setiap rasa itu hinggap.
Yaitu saat rasa benci yang datang, aku harus belajar mengingat untuk apa dan untuk siapa aku menjadi konsisten. Mencoba mengingat semua tentang dia, dan betapa senang rasanya jika itu terwujud.

Bagaimana denganmu?
Maukah berbagi denganku caramu, Hanz?

Tidak ada komentar: